Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gorontalo (FISIP UG) gelar dialog refleksi hari pahlawan dengan mengangkat tema “Pemuda dan Spirit Kepahlawanan”.
Dengan menghadirkan narasumber dari Polda Gorontalo, Dandrem 133 Nani Wartabone, Sekretaris Umum IKA UG, Ketua FORKASI, dan Wakil Rektor II Universitas Gorontalo. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Rektor Universitas Gorontalo Dr. Ibrahim Ahmad, SH.,MH, yang berlangsung di Gedung Auditorium Universitas Gorontalo, Selasa (19/11).
“Di acara-acara seperti itu tentunya menambah pengetahuan, wawasan, terutama bagi mahasiswa, apalagi narasumber yang diundang adalah mereka yang berkompeten, sehingga dengan dialog seperti ini, dimana hal-hal yang kurang jelas akan menjadi jelas” ungkap Rektor UG dalam sambutannya.
“Sekarang ini, informasi sudah begitu cepat dan kadang kita tidak bisa tahu kebenaran dari informasi itu. Dengan dialog ini, hal-hal yang saya sebutkan tadi itu menjadi terang dan jelas, apalagi dalam memperingati refleksi hari pahlawan, maka hal ini justru akan menumbuhkan kembangkan jiwa-jiwa kepahlawanan, oleh karena itu terutama para mahasiswa diharapkan bisa mewarisi jiwa kepahlawanan itu” sambungnya.
Jiwa kepahlawanan itu adalah mereka yang berjuang dan berkorban tanpa pamrih, dengan satu tekatnya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan hanya satu tujuannya adalah kemerdekaan Indonesia.Selain itu, Dr. Dikson Junus. MPA yang sebagai narasumber dibidang Akademisi mengungkapkan, bagaimana cara menjadikan mahasiswa itu menjadi entrepreneur.
“Bahwa nilai-nilai kepahlawanan itu lahir pada diri mahasiswa yang menjadikan mahasiswa itu bisa surfaib untuk masa depannya” tuturnya
Sehingga, kata Dikson, nilai-nilai entrepreneur itu menjadi terpatri dalam diri seorang mahasiswa. Karena lulusan perguruan tinggi Universitas Gorontalo itu sesuai dengan visi Universitas yaitu unggul tahun 2030, maka salah satunya adalah bagaimana meningkatkan kapasitas mahasiswa menjadi seorang entrepreneur.
“Harapannya, pada kegiatan ini tentunya tidak hanya sampai pada kegiatan dialog saja, tapi juga harus terimplementasi pada kegiatan-kegiatan akademik,” ujarnya lagi.
Dimana, proses pembelajaran mahasiswa itu harus sudah memasuki hal-hal yang sifatnya praktis dan tidak lagi tertumpuk pada proses penguatan keseluruhan, tetapi sudah berimbang antara konsep dan praktek.
“Jadi, nanti kurikulum yang berbasis entrepreneur itu akan membagi dua bagian yaitu 50% tatap muka, dimana melakukan kajian pembelajaran tentang konseptual dan 50% pada tataran praktis, kemudian ada unjuk kerja, dan di silabus mata kuliah itu ada tiga komponen, unjuk kerja dan unjuk sikap, tatap muka itu nanti akan berkaitan dengan kajian-kajian keilmuan dan kemudian unjuk kerja untuk sikap itu pada tataran praktek” tegas Dikson.
Sebagai Ketua Himaprodi Ilmu Pemerintahan Angki Patamani juga mengatakan, jika pada jaman dahulu Pahlawan adalah ujung tombak dari perjuangan, maka hari ini saya mendefinisikan bahwa Pahlawan adalah ujung tombak perubahan. (Hmsug)
No responses yet