Editor : Indra Bakari
KAMPUS (RG.COM) – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Gorontalo mengadakan Bakti Akademik dengan tema “Pemuda dan Transformasi Digital Menuju Indonesia Emas 2045”, Minggu (6/10).
Acara ini berlangsung di Aula Kantor Desa Pinomon Tiga, Kecamatan Bulawa, dan dihadiri oleh mahasiswa, pemuda setempat, serta tokoh masyarakat.
Pentingnya peran pemuda dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 tidak bisa dipandang sebelah mata. Pemuda merupakan agen perubahan yang dapat mendorong kemajuan dan inovasi dalam berbagai sektor, termasuk di era transformasi digital.
Dengan menguasai teknologi, pemuda dapat berkontribusi dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas berbagai proses, baik di bidang ekonomi, pendidikan, maupun lingkungan.
Kesadaran dan partisipasi aktif pemuda dalam berbagai isu, seperti perubahan iklim dan pelestarian lingkungan, menjadi krusial untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Dalam acara ini, pemateri utama Bapak Samsul Ma’arif, ST., MT., IPP, Site Manager of Solar Plant (PLTS) di PT. Asbir Kreasi Utama, memberikan pemaparan mendalam tentang isu perubahan iklim di kawasan Teluk Tomini.
Melalui sambungan Zoom Meet, Ia yang saat ini sedang menempuh jenjang Doktoral di Universitas Indonesia di bidang energi kelautan, menekankan bahwa pemuda harus sadar akan perubahan pola cuaca dan dampaknya.
“Perubahan iklim berdampak signifikan pada lingkungan pesisir. Kita melihat arus laut berubah, ikan berpindah lokasi, banjir pesisir semakin sering, dan gelombang tinggi yang dapat merusak ekosistem terumbu karang,” jelas Bapak Samsul.
“Energi terbarukan juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Dengan mengurangi emisi karbon dan menjaga keberlanjutan ekosistem, kita akan membantu melindungi habitat laut dan pesisir yang menjadi sumber mata pencaharian bagi para nelayan,” ujar Samsul.
Ia juga menyoroti pentingnya peran pemuda dalam menyelesaikan masalah di pesisir pantai.
“Masyarakat pesisir umumnya berprofesi sebagai nelayan, tetapi mereka juga harus paham cara menyelesaikan masalah di wilayah mereka, seperti penumpukan sampah di pesisir dan bawah laut. Ini adalah tantangan yang harus dihadapi secara bersama-sama,” ungkapnya.
Dengan pemahaman dan keterlibatan aktif, pemuda dapat menjadi pendorong utama dalam upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.
Samsul mengajak masyarakat pesisir untuk beradaptasi dengan teknologi baru dan memanfaatkan peluang yang ada di sektor energi terbarukan.
“Kita perlu membangun kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya transisi energi ini, sehingga masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam proses perubahan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.” ungkap Samsul.
Sementara itu pemateri kedua, Zahara Safitri, mahasiswa semester 7 dari Universitas Jenderal Sudirman Jawa Tengah yang mengambil program studi Ilmu Kelautan, dalam paparannya menyampaikan pentingnya konservasi laut bagi keberlangsungan ekosistem dan kehidupan masyarakat pesisir.
“Konservasi laut bukan hanya tentang melindungi sumber daya alam, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan ekosistem yang mendukung kehidupan kita semua,” ujarnya.
Zahara menekankan bahwa keterlibatan masyarakat sangat krusial dalam upaya konservasi.
“Masyarakat pesisir harus menjadi garda terdepan dalam melindungi laut mereka. Dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya ekosistem laut, kita bisa mendorong tindakan nyata untuk menjaga lingkungan,” tambahnya.
Ia juga mengajak generasi muda untuk lebih aktif dalam program-program konservasi.
“Generasi muda memiliki peran vital dalam menciptakan inovasi dan solusi baru untuk tantangan yang dihadapi laut kita. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk menjaga kelestarian laut, demi masa depan yang lebih baik,” tutup Zahara dengan semangat.
Dalam kesempatan webinar ini, Dekan FISIP Universitas Gorontalo, Dr. Abdul Wahab Podungge, M.Si, menyampaikan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak untuk menjaga ekosistem laut dan mendukung masyarakat pesisir.
“Kami mengundang tokoh pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda dari wilayah pesisir Bone Bolango untuk berdiskusi tentang isu-isu penting yang dihadapi oleh masyarakat kita,” ungkap Dr. Abdul Wahab.
“Materi tentang ekosistem laut sengaja kami angkat karena FISIP Universitas Gorontalo telah membina setidaknya lima Desa di wilayah pesisir Kabupaten Bonebol. Mengingat kurang lebih 50% masyarakat pesisir berprofesi sebagai nelayan, kami merasa perlu untuk mengundang rekan-rekan yang ahli di bidang konservasi laut dan energi terbaru serta terbarukan,” sambungnya.
Dr. Abdul Wahab juga menyoroti keprihatinannya terhadap bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah pesisir dalam beberapa bulan terakhir.
“Kerusakan ekosistem di daratan yang mengakibatkan longsor sangat berbahaya dan akan berdampak pula pada keberlangsungan habitat di lautan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bekerja sama dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil,” jelasnya. (***)
No responses yet